Jumat, 16 September 2011

cara cross breeding



SEKALI LAGI, BREEDING SEPERTI APA UNTUK
MENDAPATKAN BURUNG BERKUALITAS

pertama niat, selanjutnya
cara crossing & harapan

Breeding atau istilahnya ternak, merupakan hal mudah. Yakni memadukan dua indukan jantan dan betina dengan cara disilangkan. Muncullah anakan. Tapi, bukan hal seperti itu yang diinginkan, melainkan bagaimana menciptakan hasil ternakan kualitas super seperti apa yang diharapkan. Mampu menciptakan sprint cepat dan tembak keras ditangan joki. Hasil akhir, pembalap meraih juara. Bila dijual harganya bisa puluhan juta, bahkan ratusan juta. Bisakah??

Bagi penghobi pemula, menyilangkan kedua indukan bukan hal mudah. Tentu perlu pengalaman dan belajar lebih dalam tentang ilmu breeding. Kali ini, AGROBUR kembali membahas cara breeding ala mania Bali, yang mencoba memadukan berbagai teory breeding yang didapat. Meski hasilnya tidak 100%. Minimal, bisa mendekati apa yang diharapkan.  
Menurut Jaladri, kalau kita berbicara detail (belajar) awal kali akan ternak dengan mepelajari istilah dalam breding. Kita harus tahu, breeding seperti apa yang harus kita inginkan agar mendapat hasil ternakan berkualitas.
Tentu semua ini merupakan harapan setiap peternak, baik itu peternak papan bawah sampai papan atas. Kali pertama yang harus kita pikirkan yakni niat. ”Niat mau buat apa anakan nantinya?” tegas Jaladri.   
Jika ingin buat parental stock, sebaiknya cari yang sama, tembak Vs tembak, atau sprint Vs sprint. Sifat anaknya pasti kuat, baru nanti di cross lagi sama yang lain type. Kalau beda type, tembak Vs sprint, sah-sah saja. Jika kita memang mau ambil resiko.
Anaknya bisa banyak kemungkinan. Bisa bagus, biasa-biasa saja atau malah jelek. Menurut pengalaman yang sudah kita jalankan, idealnya merpati yang di breeding adalah Jantan burung juara atau ada prestasi, betinanya saudara juara atau anak juara.
Sedangkan soal sistem breeding, apakah cross breed, atau in line breeding.......semua kembali kepada tujuannya awalnya.  Kalau cross breed, sifatnya try and error atau coba-coba. Kalau in line breeding, bertujuan mempertahankan gen yang dominan yang dimiliki pembalap. Sehingga nantinya akan muncul pembalap-pembalap yang memiliki tipe dan kualitas yang seragam.
Kebanyakan tujuan dari ILB (In-line Breed) adalah untuk memurnikan keturunan dari indukan dalam hal ini jantan yang kita punya. Dengan alasan untuk mendapatkan merpati jantan yang jenis atau trahnya (sifat, style terbang, mental dan lain-lain) yang paling mendekati dengan indukan aslinya.
“Dikarenakan, karena usia merpati jantan lama-lama semakin tua, biasanya yang diturunkan adalah yang jantan. Serta paling mudah dinilai dan sampai saat ini baru merpati jantan yang dipakai untuk lomba, sehingga bisa dengan jelas guna menilai kualitasnya,”tuturnya.
Lewat teori gen keturunan mengatakan, gen yang diturunkan tidak-lah 100%, tetapi merupakan campuran dari kedua indukan yang diturunkan. Bisa 50%-50%, bisa 75%-25%, bisa 25%-75%, bahkan 90%-10% atau 10%-90% dan sebagainya.
Dari sini, biasanya sepasang merpati (X/jantan dan Y/Betina) tersebut diambil beberapa anakannya (F1) jantan dan Betina, serta dilihat hasil dari F1 Jantan tersebut mana yang paling mendekati dengan trah asalnya.
Bila masih belum ada hasil yang mendekati, maka dicoba lagi untuk diturunkan, yaitu X dan F1 betina, dan menghasilkan anakan-anakn ke 2 (F2) dan dilihat lagi hasilnya. Begitu seterusnya sampai menghasilkan hasil yang paling mendekati..
Secara gampang-an (mudah) dihitung atau diilustrasikan dengan perhitungan dari X sifat yang diturunkan ke F1 50%-50%,  kemudian dicampur lagi antara X dan F1 (yang sudah ada 50% dari X), maka diharapkan anakan F2 hasilnya merupakan pertambahan dari F1 yang sudah 50% dari X ditambah 50% lagi dari X dan seterusnya, sehingga bisa menghasilkan hasil yang paling mendekati X.
Kalau Y yang diturunkan, dihitung-hitung malah semakin jauh dari X-nya, karena semakin bertambah darah dari Y (dengan ilustrai seperti diatas), begitu juga kl anak (F1) dengan anak (F1) ada yang bilang F1 seteluran jangan dicampur, karena kebanyakan akan menurunkan sifat jeleknya
Untuk hal yang ini tidak ada penjelasan ilmiahnya, hanya berdasarkan pengalaman.  kl bisa F1 dan f1 yang bukan seteluran. Ini pun diperkirakan hasilnya akan semakin sulit diramalkan, bisa jadi semakin menjauhkan dari X..
In line breeding maksudnya, perkawinan sedarah atau perkawinan dua individu yang berkerabat. Bisa bapak atau anak,  kakek atau cucu, paman atau keponakan, saudara kandung, dan lain-lian. Pokoknya, yang masih ada hubungan darah, mana yang lebih baik, bapak Vs anak betina atau ibu Vs anak jantan?
”Sepertinya kemungkinananya sama saja mas... sama juga seperti kakek atau nenek Vs cucu, atau paman/bibi Vs keponakan,” tandasnya.
Seperti urain sebelumnya, tujuan dari inbreed adalah memurnikan sifat yang dikehendaki. Bisa juga untuk memunculkan sifat yang ada pada leluhurnya dahulu.
Hasilnya, tidak bisa selamanya bagus. Malah memiliki resiko, karena justru memungkinkan sifat jeleknya yang berkumpul.
Inbreed yang terus menerus (misalnya: antar saudara kandung, anaknya dikawinkan lagi, dan seterusnya) juga bisa menyebabkan kematian, kehilangan kekebalan tubuh, dan pertumbuhan yang kerdil atau aneh.
”Tapi, buat peternak yang berani, hasil inbreed justru bisa menjadi gambaran keadaan genotipe atau sifat sesungguhnya dari indukan. Dan bisa segera mengapkirnya (kalo jelek),” tambah mantan Kasatlantas Polwil Denpasar ini.
Dari pengalaman saya dan rekan-rekan yang bereksperimen breeding, hasil ILB bapak-anak atau ibu-anak cenderung menghasilkan anak yang kurang bagus. Hal ini nampak dari fenotipe (penampilan luar), karena saya tidak meneliti sampai ke genotipe (darah).
Kalau sampai ke genotipe, rasanya repot sekali musti bawa sample darah ke Laboratorium !! belum biayanya..... Dari beberapa kali percobaan, anak yang diturunkun sebagian cacat, sebagian lainnya tidak sama dengan ke-2 induknya.
Contohnya, kaki merpati bisa berbulu, ada lagi yang secara fisik oke, tapi waktu dilatih bodohnya minta ampun. Namun ada juga yang lebih bagus dari induknya, baik pegangan dan terbang namun lebih rentan penyakit.
Untuk percobaan Kakek-cucu / nenek-cucu menghasilkan prosentase anak cacat kecil. Tipe anakan cenderung lebih kuat menyerupai kakek/neneknya.
Dari keterangan diatas, dapat kita simpulkan:
Pertama, perkawinan ayah-anak atau ibu-anak penyimpangan negatifnya cenderung lebih besar, dari pada yang positif.
Kedua, ILB lebih aman dilakukan pada dua generasi kebawah, kakek-cucu / nenek-cucu atau cucu-cucu. Dan ketiga, bila ingin melakukan pemurnian sebaiknya juga persiapan mental.  Karena selain dituntut kontinuitas dan waktu yang relatif cukup panjang, tidak jarang hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Selain itu, juga harus tega apabila keluar anakan yang cacat, harus tega untuk di musnahkan !!  bam

KETERANGAN :
-          In-breed dan line-breed pada prinsipnya sama, yaitu darahnya berasal dari indukan (jantan dan betina/stock parents) yg sama.
-          Bedanya, kalau in-breed menyilangkan 2 burung yg mempunyai hubungan langsung seperti bapak/ibu dengan anaknya.
-          Sedangkan line-breed lebih dari satu tingkat seperti kakek dgn cucu atau buyut dengan cicit, dan seterusnya. Tetapi tetap tdk ada darah lain yg masuk (penyilangan tertutup). Kalau sudah ada darah lain yang masuk, baik itu jantan maupun betina, sudah termasuk kategori cross-breed.


BAGAIMANA TERNAK INBREED

Yang dimaksud inbreed itu adalah perkawinan antara 2 individu yg masih mempunyai pertalian hubungan darah (sedarah). Tidak hanya sebatas orang tua dan anak, tapi bisa juga antara dua saudara kandung.
Tujuan peternak mengawinkan dua individu yang sedarah adalah untuk menghasilkan individu yang memiliki genotipe (sifat) yang homozigot untuk sifat sifat tertentu. Selain itu juga untuk memurnikan sifat yang dikehendaki.
Dapat juga merupakan usaha pemunculan sifat baik dari nenek moyang/orang tua yang bersifat resesif (sulit muncul).
Pada beberapa peternak, perkawinan sedarah digunakan untuk homogenisasi keturunan (penyeragaman). Hal ini sangat diperlukan karena kualitas produk suatu peternak akan diragukan bila dilapangan terbukti bahwa kemampuan burung hasil ternakannya sangat beragam. Pamor peternak akan terangkat bila kualitas produknya hampir seragam (warna bulu, gaya terbang, semangat, mental, tembak, dan lain-lain).
Kerugian dari perkawinan sedarah yang paling ditakuti adalah munculnya sifat resesif yang merugikan. Namun bagi peternak yang berani ambil resiko, hal ini merupakan suatu keuntungan, karena dapat mengetahui keadaan genotipe (sifat) kedua induknya dan dapat segera di upcare. Kerugian lain adalah pertumbuhan dan daya tahan penyakit akan semakin menurun dari generasi ke generasi. Angka kematian tinggi dan kemampuan reproduksi akan menurun. bam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar